Kamis, 27 Juni 2013

70 Juta Jiwa Penduduk Buang Air Besar Sembarangan

 
70 Juta Jiwa Penduduk Buang Air Besar Sembarangan 
 
JAKARTA (Pos Kota) – 70 Juta penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan akibat buruknya jangkauan akses penduduk untuk sektor air dan sanitasi.
“Imbasnya, dari setiap 100 ribu bayi yang lahir, 75 di antaranya meninggal sebelum menginjak usia lima tahun akibat diare,” ungkap Oswar Mungkasa, Kepala Biro Perencanaan & Penganggaran Kementerian Perumahan Rakyat pada Wash Talk ‘Ada Apa Dengan Sanitasi Air Minum dan Higinitas di Negeri Ini’, yang diadakan USAID Indonesia melalui proyek IUWASH, di Jakarta.
Oswar menjelaskan, setiap tahun 15 ribu anak meninggal akibat yang sama. Ada lebih dari 423 kasus per 1000 penduduk.
Dia mengakui, di antara negara-negara Asean, Indonesia masih tertinggal terkait jangkauan akses penduduk untuk sektor air dan sanitasi. Malaysia memiliki 100 persen cakupan akses air dan 96 persen cakupan sanitasi. Indonesia sendiri masih di bawah Filipina dan Kamboja.
“Diare terjadi bila perut kita terinfeksi mikroba yang dibawa tinja,” jelas. Oswar Mungkasa,
Tak hanya diare, sambungnya, penyakit demam tifus, kolera, hepatitis A, dan polio menghantui masyarakat akibat mikroba yang terbawa oleh perilaku tidak sehat. Parahnya, bagi orang miskin, sanitasi tidak menjadi prioritas utama. Ini yang membuat 80 persen air tanah tercemar.
Alfred Nakatsuma, Director Environment Program USAID Indonesia, menambahkan, persoalan sanitasi tak hanya di Indonesia. Lebih dari satu miliar orang di dunia tidak bisa mendapatkan air bersih. Sekitar 40 persen penduduk dunia tidak punya fasilitas untuk buang air besar.
“Satu miliar orang masih buang air besar di alam terbuka. Dari jumlah itu, 81 persennya terjadi di India, Indonesia, China, Ethiopia, Pakistan, Nigeria, Sudan, Nepal, Brazil, Nigeria, dan Bangladesh,” ungkapnya.
Karenanya, pembangunan air dan sanitasi memerlukan perencanaan pemerintah dan partisipasi masyarakat. Pembangunan sektor ini butuh dukungan banyak pihak.
Masyarakat harus bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya. Harus diingat, 94 persen insiden diare karena faktor lingkungan berupa konsumsi air yang tidak sehat dan sanitasi yang buruk.
(aby/sir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar